PROSES PENYAMAKAN KULIT KELINCI JENIS
Kelinci selain sebagai penghasil
daging dan penghasil bibit ternak juga menghasilkan kulit dan bulu sebagai
dasar kerajinan dan mainan. Kulit kelinci sebagai hasil samping memiliki nilai
potensial dalam menghasilkan kulit bulu. Kulit kelinci jantan biasanya kasar
dan keras, sedangkan kulit kelinci jantan yang dikebiri agak lebih lemas. Kulit
kelinci muda agak lunak dan baik (Sarwono,1992). Tubuh kelinci diselubungi oleh
bulu yang secara biologi dapat digunakan untuk mengurangi proses pelepasan
panas (Mount,1999), namun demikian bulu yang menutupi tubuh kelinci dapat juga
dimanfaatkan untuk keperluan manusia.
Menurut Sarwono (1992) terdapat
beberapa metode penyamakan kulit. Metode tersebut adalah metode samak krom,
samak nabati, samak kombinasi, dan samak sintetis. Tahapan proses penyamakan
kulit dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yakni tahap pertama (pretanning) yang lebih dikenal dengan Beam House Operation. Proses Beam House
adalah proses untuk mempersiapkan bahan baku (raw material) berupa kulit hingga
siap untuk disamak. Secara umum urutan proses Beam House kulit bulu adalah : pencucian, perendaman, buang daging,
penyamakan awal dan pengasaman (Yuwono,1991). Tahap berikutnya yaitu penyamakan
itu sendiri dan yang terakhir adalah penyelesaian (finishing) yang meliputi penyamakan ulang dan peminyakan.
Syarat pemilihan kulit kelinci
Kulit
kelinci yang sudah dilepas dari karkas harus segera ditangani agar tidak
kering, menimbulkan bau busuk serta kerusakan bulu (rontok). Proses pengolahan
kulit mencakup beberapa tahapan yang kompleks dan saling berkaitan. Pengolahan
kulit kelinci harus menggunakan kulit kelinci yang baik, sehat dan tidak pernah
terkena penyakit kulit, karena akan mempengaruhi hasil akhir dari penyamakan
kulit.
Untuk
memperoleh kulit kelinci yang simetris maka harus memperhatikan tata laksana
pengulitan pada saat penyembelihan. Selain itu kulit yang telah diperoleh dari
penyembelihan sebaiknya segera dilakukan pengawetan, maksimal 4 jam setelah
penyembelihan. Hal ini dapat merusak kulit kelinci jika tidak segera
dilakukan penanganan.
Syarat
pemilihan kulit kelinci yang akan di samak:
·
Kulit yang
digunakan berasal dari kulit kelinci yang sehat (tidak sakit kulit).
·
Pengulitan
dilakukan dengan hati-hati dan dikuliti secara simetris.
·
Bulu kelinci
jangan sampai kotor atau tercemar oleh darah saat pemotongan.
Catatan : fungsi
penyamakan untuk mempertahankan kualitas yang disamak, jadi seandainya kulit
yang disamak memiliki kualitas yang baik maka penyamakan akan mempertahankan kualitas
kulit tersebut.
Jenis Penyamakan
Penyamakan
yang digunakan di sini adalah samak berbulu dengan metode samak putih. Menurut Anonim (2012) samak alum atau putih cocok untuk menyamak kulit-kulit yang
mengandung sedikit bulu maupun kulit seperti
kelinci, marmut, dan macan kumbang. Kulit yang dilakukan samak putih memiliki
karakteristik lebih empuk dan lentur. Tetapi kulit samak putih tidak tahan
terhadap air sehingga tidak cocok menjadi sepatu.
Proses Penyamakan
Proses
penyamakan kulit sendiri mempunyai arti yaitu mengubah kulit mentah menjadi
kulit tersamak yang stabil. Kulit kelinci dapat dipergunakan menjadi beberapa
macam barang kulit, baik kulit bulunya maupun kulit jaket, kulit untuk atasan
sepatu atau untuk barang kulit lainnya (Untari, 2005). Tahapan penyamakan yang
dilakukan meliputi weighing, soaking, scouring, furfigh tanning, pickling, tanning, bastying, neutralization, retanning, fatliquoring, toggling, dan drying. Bahan yang digunakan dapat dilihat di bawah ini.
Alat & Bahan Penyamakan Kulit Kelinci
Alat-alat
:
·
Pisau
·
Cutter
·
Baskom
·
Gunting
·
Sarung Tangan
Bahan :
·
Kulit Kelinci Segar Yang Masih Ada Bulunya
·
Air
·
Teepol 0,5%
·
Kaporit 0,5%
·
Na2co3 0,5%
·
Formalin 3%
·
Garam 6%
·
Asam Formiat 0,5%
·
H2so4 1%
·
Tawas 10%
·
Sodium Formiat 0,5%
·
Minyak Sulfat 8%
Cara
Penyamakan Kulit Kelinci
1. Weighing
Proses weighing
merupakan proses penimbangan kulit kelinci. Tujuannya adalah untuk menentukan
presentase bahan kimia yang akan digunakan. Berat kulit yang didapat saat
praktikum adalah 200 gram. Selanjutnya adalah proses fleshing yaitu pembuangan lemak dan daging yang masih menempel pada
kulit. Proses fleshing dilakukan
untuk mempermudah masuknya bahan penyamak ke dalam kulit. Menurut Purnomo
(1995) fleshing mempunyai tujuan
untuk menghilangkan sisa lemak dan daging yang melekat pada kulit, karena sisa
tersebut dapat menghambat masuknya zat penyamak pada kulit.
2. Soaking
Soaking dilakukan dengan merendam kulit dalam air, teepol, dan kaporit.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan kesegaran kulit dan membersihkan kulit.
Air berfungsi sebagai pelarut, teepol dan kaporit berfungsi sebagai
antibakteri. Menurut Said (2012) tujuan dilakukannya tahap perendaman adalah
mengembalikan kadar air yang hilang selama pengawetan, mengembalikan
sifat-sifat kulit mentahseperti keadaan semula, dan membersihkan kulit awetan
dari bahan-bahan pengawet seperti garam, darah, lemak serta sisa-sisa kotoran.
Prinsip kerja proses perendaman adalah bahwa air yang masuk ke
dalam kulit akan membasahkan kembali dan mengencerkan garam pengawet serta
melarutkan protein globuler. Bila protein globuler tidak dibuang akan
berpengaruh terhadap proses penyamakan. Penambahan desinfektan akan menghambat
pertumbuhan mikroba (Said, 2012). Kemikalia yang dipakai adalah air,
bahanpembasah (wetting agent) seperti sabun, teepol dan sandocynil dan bahan
antiseptik untuk mencegah pembusukan seperti klorit, cresolic acid, atau dapat
juga dipakai bahan yang berfungsi sebagai pembasah dan sebagai antiseptic
seperti cysmolon atau moluscal dan lain-lain (Purnama, 2001).
3. Scouring
Scouring merupakan proses perendaman kulit dalam air dan Na2CO3.
Scouring berfungsi sebagai tahapan
penyabunan lemak. NA2CO3 yang dipakai berfungsi untuk
membuat suasana basa pada kulit agar dapat membunuh bakteri yang ada.
4. Furfigh tanning
Furfigh tanning menggunakan
formalin dan Na2CO3. Tujuannya dalah untuk memperkuat
bulu. Formalin akan bereaksi dengan rambut-rambut sehingga rambut menjadi kuat.
Metode yang dilakukan sudah sesuai literature. Menurut Purnama (2001) proses
ini disebut juga dengan pre tanning
atau penyamakan pendahuluandengan tujuan untuk menguatkan kedudukan bulu pada
kulit agar tidak mudah rontok. Kemikalia yang dipakai adalah formalin dan Na2CO3(soda
abu).
5. Pickling
Pickling merupakan proses pengasaman pada kulit kelinci. Tujuan pickling adalah membuat suasana asam pada
kulit sehingga bahan penyamak akan mudah bereaksi dengan protein kulit. Bahan
yang digunakan adalah garam, asam formiat, dan H2SO4.
Garam berfungsi untuk mencegah pembengkakan pada kulit, sedangkan asam formiat
dan H2SO4 berfungsi untuk memberikan suasana asam pada
kulit. pH yang dihasilkan setelah pickling
adalah 2.
Menurut Jayusman (1990) pengasaman berfungsi untuk mengasamkan
kulit sampai pH tertentu sebelum proses penyamakan, jadi dilakukan penurunan pH
dari 7 sampai kurang lebih pH 3. Hasil praktikum belum sesuai dengan literatur.
Keberhasilan pH sangat dipengaruhi oleh proses peremasan dan banyaknya H2SO4
yang ditambahkan.
6. Tanning
Tanning merupakan inti dari proses penyamakan., yaitu memasukkan bahan
penyamak ke dalam kulit agar sifat kulit menjadi stabil. Menurut Purnama
(2001), proses ini bertujuan untuk mengubah fibril-fibril pada kolagen kulit
menjadi masak dan berikatan dengan bahan penyamak sehingga kulit menjadi stabil
dan tahan terhadap pengaruh fisik, kimia dan mikrobiologis.
Bahan yang dipakai adalah tawas, kuning telur, dan garam. Kuning
telur berfungsi sebagai emulsifier. Menurut Untari et al., (1998)
bahwa telur mempunyai lemak yang terpusat pada kuning telurnya sebesar 99
persen, sedangkan minyak kelapa mempunyai sifat yang dapat melemaskan kulit.
Dengan campuran telur maka minyak kelapa akan lebih mudah teremulsi, sehingga
ada persamaan atau keseimbangan pada peminyakan dengan menggunakan telur
maupun dengan campuran telur dan minyak pada proses peminyakan kulit kelinci.
7. Bastying
Bastying merupakan proses pembasaan pada kulit. Proses ini bertujuan untuk
meningkatkan basisitas kulit agar ikatan antar kolagen dan bahan penyamak
menjadi kuat. Bahan yang digunakan adalah sodium formiat dan Na2CO3.
Purnama (2001) menyatakan proses ini bertujuan untuk menaikan pH menjadi basa.
Kemikalia yang dipakai adalah Na2CO3. Dengan naiknya pH
menjad basa maka akan memudahkan dalam proses selanjutnya.
8. Netralization
Netralisasi bertujuan untuk menetralkan kondisi kulit bahan yang
digunakan adalah air panas 45°C dan Na2CO3. Air panas
berfungsi untuk mempermudah peresapan zat-zat kimia dalam kulit. Menurut
Purnama (2001) Proses ini bertujuan, untuk menetralkan kulit wet blue.
Asam-asam yang dinetralisir adalah asam yang terdapat diantara serat-serat
kulit yang belum hilang pada proses pencucian. Apabila asam tersebut tidak
hilang maka dapat mempengaruhi proses peminyakan karena akan mengemulsikan
minyak clan pecah dipermukaan kulit. Air yang dipakai adalah air hangat 45°C
ditambah dengan Na2CO3. Metode saat praktikum sudah
sesuai dengan literatur.
9. Retanning
Retanning merupakan
proses penyamakan ulang yang bertujuan untuk menyempurnakan proses penyamakan.
Bahan yang digunakan adalah tawas. Proses ini dapat dilaksanakan maupun tidak,
jika kualitas kulit dirasa sudah baik, maka tidak perlu dilakukan Menurut
Purnomo (1991) penyamakan ulang bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat kulit
yang telah disamak agar memiliki sifat yang lebih baik. Ada beberapa jenis
bahan penyamak yang dapat digunakan yaitu bahan penyamak mineral, bahan
penyamak nabati dan bahan penyamak sintetik yang masing-masing bahan penyamak
akan memberikan sifat-sifat tertentu pada kulit tersamaknya.
10. Fat liquoring
Fat liquoring disebut juga proses perminyakan. Tujuannya adalah untuk
melemaskan dan melembutkan bulu, serta untuk memperbaiki tekstur kulit. Bahan
yang digunakan adalah air hangat 45°C dan minyak sulfat. Suhu 45°C dimaksudkan
agar pori-pori kulit terbuka. Menurut Said (2012) tujuan proses peminyakan
adalah untuk melemaskan kulit agar lebih lunak dan mempunyai kemuluran yang
tinggi dan mempertahankan kulit dari kerusakan oleh pengaruh air, karena kulit
yang telah mengalami proses peminyakan, daya serap dan daya tolak terhadap
molekul air sangat baik. Prinsip kerjanya bahwa minyak atau lemak dapat
mengubah sifat-sifat penting antara lain kulit menjadi lebih lunak, lebih
fleksibel, lebih liat, lebih mulur dan permukaan rajahnya menjadi lebih halus.
Perlakuan saat praktikum sudah seseuai literature. Menurut Purnama (2001)
kemikalia yang dipakai adalah minyak sulfat dan air hangat dengan suhu 45°C.
11. Toggling
Kulit yang telah selesai disamak kemudian dipentang pada alat
pementang. Proses ini merupakan proses tahap terakhir yaitu untuk meregangkan
kulit sampai seregang-regangnya. Menurut Purnama (2001) caranya adalah kulit
samak bulu yang setengah kering diregangkan pada alat peregang secara
berulang-ulang sehingga kulit samak menjadi lemas. Metode saat praktikum sudah
sesuai dengan literature.
12. Drying
Drying merupakan proses pengeringan. Setelah kulit dipentang, kemudian
dijemur di bawah sinar matahari selama semalam. Tujuannya adalah untuk
mengurangi kadar air pada kulit. Menurut Said (2012) proses ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air kulit hingga mencapai 18 sampai 20%, baik yang mengisi
kulit maupun yang terikat secara kimiawi sampai batas tertentu. Metode
pengeringan yang biasa dilakukan adalah dengan system penggantungan,
pementangan dan pasta.
Proses pembersihan sisa lemak & daging (flesing)
Proses penjemuran
Proses pelemasan (stacking)
Hasil proses samak putih
Proses fatliquoring
proses dia atas telah dikerjakan di Koperasi NUKITA khusus untuk pelt atau kulit bulu dari kelinci jenis Rex, yang sengaja dibiakkan di Koperasi untuk diambil kulit dan daging. Berikut hasil dari penyamakan kulit kelinci di Koperasi NUKITA.
Kelinci jenis Rex yang dibiakkan di Koperasi NUKITA
Kandang kelinci Rex
Fur Kelinci
Fur kelinci